Hari itu aku benar-benar senang banget, kali ini jalan-jalan ke Bandung,
kemaren jalan-jalan ke Pelabuhan Ratu. sekarang ke Bandung : ngiter-ngiter
dan shopping ria hehehehe so double for me
dan shopping ria hehehehe so double for me
Wah, kangen deh sama kota Bandung, secara udah lama ga ke Bandung
hehehehe. Jadi deh, ngiter-ngiter ke Bandung bersama keluarga aku ada
Mama, Tante Yayuk (exist deh), Adit dan supir, kami berangkat ke Bandung jam tujuh pagi (awalnya jam 6
pagi toh). Ok, nyampe di Bandung, aku sengaja memotret suasana di
Bandung, terutama di Gedung Sate.
Mau tahu gak, asal-usul soal gedung sate? udah pasti pengen tahu'kan?
aku sengaja searching file tentang gedung sate di Google.
Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada
menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota
Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga
seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi
beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk
gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun
1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan
kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements
Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina
Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B. Coops dan Petronella
Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg
Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah
tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan
Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks
serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan
melibatkan 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat, atau ahli
bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang
berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan
peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong
Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka
menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota
Bandung).
Gedung Sate (ca.1920-28)
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil
diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven,
termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf dan Perpustakaan.
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan
kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda
Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur
tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah
bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik
mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen
architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi
Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate.
Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate diantaranya Cor Pashier
dan Jan Wittenberg dua arsitek Belanda, yang mengatakan "langgam
arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang
mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".
D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate
adalah bangunan terindah di Indonesia".
Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April 1923,
menyatakan, "Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang
berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis". Seperti
halnya gaya arsitektur Italia di masa renaiscance terutama pada bangunan
sayap barat. Sedangkan menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap
meru atau pagoda. Masih banyak lagi pendapat arsitek Indonesia yang
menyatakan kemegahan Gedung Sate misalnya Slamet Wirasonjaya, dan Ir.
Harnyoto Kunto.
Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak terlepas dari bahan dan
teknis konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari
kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan
perbukitan batu di Bandung timur sekitar Arcamanik dan Gunung
Manglayang. Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan cara
konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik.
Gedung Sate berdiri diatas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan
10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m²,
teras lantai I 212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II
212.976 m², menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².
Gerber sendiri memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam
rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol,
sedangkan untuk bangunannya dalah Rennaisance Italia. Khusus untuk
menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau
pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah
ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang
melambangkan 6 juta gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun
Gedung Sate.
Fasade (tampak depan) Gedung Sate ternyata sangat diperhitungkan. Dengan
mengikuti sumbu poros utara-selatan (yang juga diterapkan di Gedung
Pakuan, yang menghadap Gunung Malabar di selatan), Gedung Sate justru
sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.
Dalam perjalanannya semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan
Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah
Batavia dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan
karena perkembangannya, sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum.
Tanggal 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh
orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan
Gurkha. Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu
yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri
Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970 Tugu tersebut dipindahkan ke
halaman depan Gedung Sate.
Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur
karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, yang
sebelumnya Pemerintahaan Propinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta
Mukti di Jalan Braga Bandung.
Ruang kerja Gubernur terdapat di lantai II bersama dengan ruang kerja
Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Para Assisten dan Biro. Saat ini
Gubernur di bantu oleh tiga Wakil Gubernur yang menangani Bidang
Pemerintahan, Bidang Ekonomi dan Pembangunan, serta Bidang Kesejahteraan
Rakyat, seorang Sekretaris Daerah dan Empat Asisten yaitu Asisten
Ketataprajaan, Asisten Administrasi Pembangunan, Asisten Kesejahteraan
Sosial dan Asisten Administrasi.
Namun tidak seluruh Asisten menempati Gedung Sate. Asisten Kesejahteraan
Sosial dan Asisten Administrasi bersama staf menempati Gedung Baru.
Di bagian timur dan barat terdapat dua ruang besar yang akan
mengingatkan pada ruang dansa (ball room) yang sering terdapat pada
bangunan masyarakat Eropa. Ruangan ini lebih sering dikenal dengan
sebutan aula barat dan aula timur, sering digunakan kegiatan resmi. Di
sekeliling kedua aula ini terdapat ruangan-ruangan yang ditempati
beberapa Biro dengan Stafnya.
Paling atas terdapat lantai yang disebut Menara Gedung Sate, lantai ini
tidak dapat dilihat dari bawah, untuk menuju ke lantai teratas
menggunakan Lift atau dengan menaiki tangga kayu.
Kesempurnaan megahnya Gedung Sate dilengkapi dengan Gedung Baru yang
mengambil sedikit gaya arsitektur Gedung Sate namun dengan gaya
konstektual hasil karya arsitek Ir.Sudibyo yang dibangun tahun 1977
diperuntukkan bagi para Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai Lembaga Legislatif Daerah.
Gedung Sate telah menjadi salah satu tujuan obyek wisata di kota
Bandung. Khusus wisatawan manca negara banyak dari mereka yang sengaja
berkunjung karena memiliki keterkaitan emosi maupun history pada Gedung
ini. Keterkaitan emosi dan history ini mungkin akan terasa lebih lengkap
bila menaiki anak tangga satu per satu yang tersedia menuju menara
Gedung Sate. Ada 6 tangga yang harus dilalui dengan masing-masing 10
anak tangga yang harus dinaiki.
Keindahan Gedung Sate dilengkapi dengan taman disekelilingnya yang
terpelihara dengan baik, tidak heran bila taman ini diminati oleh
masyarakat kota Bandung dan para wisatawan baik domestik maupun manca
negara. Keindahan taman ini sering dijadikan lokasi kegiatan yang
bernuansakan kekeluargaan, lokasi shooting video klip musik baik artis
lokal maupun artis nasional, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan
foto pasangan pengantin.
Khusus di hari minggu lingkungan halaman Gedung Sate dijadikan pilihan
tempat sebagian besar masyarakat untuk bersantai, sekedar duduk-duduk
menikmati udara segar kota Bandung atau berolahraga ringan.
Membandingkan Gedung Sate dengan bangunan-bangunan pusat pemerintahan
(capitol building) di banyak ibukota negara sepertinya tidak berlebihan.
Persamaannya semua dibangun di tengah kompleks hijau dengan menara
sentral yang megah. Terlebih dari segi letak gedung sate serta
lanskapnya yang relatif mirip dengan Gedung Putih di Washington, DC,
Amerika Serikat. Dapat dikatakan Gedung Sate adalah "Gedung Putih"nya
kota Bandung.
Selesai memotret, aku mampir ke Masjid Raya Agung, disana rame
banget lho, di lapangan Masjid Raya Agung banyak yang jualan dengan
harga murah, mulai dari aksesoris sampai makanan. tempat ini dijadiin
tempat nongkrong, gak hanya untuk anak muda, tapi ada juga orang tua gak
mau kalah mejeng di Mesjid Raya Agung hehehe
Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat yang dulu dikenal dengan Masjid
Agung Bandung, selesai dibangun kembali pada 13 Januari 2006.
Pembangunan itu termasuk dengan penataan ulang Alun-alun Bandung,
pembangunan dua lantai basement dan taman kota sekaligus halaman masjid
yang dapat dipergunakan untuk kegiatan seni budaya serta shalat Idul
Fitri dan Idul Adha. Secara resmi pembangunan fisik masjid, membutuhkan
waktu : 829 hari atau 2 tahun 99 hari, sejak peletakan batu
pertama 25 Februari 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung 4 Juni
2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu: H.R. Nuriana.
Aku udah kalap kalo ngeliat barang keren di sekitar lapangan tersebut
bahkan di pinggir jalan. Aku belanja aksesories doang dan 'mendadak
kuliner' di ampera... hehehe
ini photo gelang yang aku beli
Aku beli Gelang ini, karena aku suka banget sama gelang. harganya
murah-murah lho, beli 3 gelang hanya Rp.10.000,- tapi, menurut
aku, harga gelang sangat mahal jika dapet 3 gelang. tapi kalo dapet 4
gelang, baru murah banget. aku pun nawar secara sadis dan kejam
hehehe... ada tips nih cara nawarin harga barang dengan harga miring
hehehe
"Pak, berapa gelang ini?"
"Sepuluh ribu dapet tiga Gelang?"
"Wah, mahal pak??"
"Wah, murah, mbak, lagian gelang dapet tiga tuh?"
"Sepuluh ribu dapet empat gelang yah?"
"Wah gak bisa, mbak?"
"Ya udah gak jadi beli!" Aku pura-pura meninggalkan tempat jualan gelang
itu. padahal aku kepengen banget tuh gelang hehehe tiba-tiba si bapak
itu memanggil aku.
"Mbak, mbak, deal lah sepuluh ribu dapet empat gelang!" Kata Bapak
itu.
"Siip deh, anggap aja THR buat aku pak hehehe"
"Hehehe" Bapak ketawa garing.
Beuh, murahnya minta ampun hehehe
Tips cara menawar :
- Pake Bahasa Sunda kalo mau nawar, untung aku pinter.. hehehe
- Selesai nawar, bilang gini : "Anggap aja THR buat saya, Pak/Bu!"
hehehe - Ucapkan terimakasih biar si penjual senang ada pembeli kayak aku..
hehe - Bila si penjual gak mau deal sesuai harga yang kita inginkan,
tinggalkan tempat itu dengan pura-pura, siapa tahu si penjual itu
memanggil kita. (tapi kalo sampe ga, gawat juga tu) hmm
Simpel'kan tipsnya. selesai belanja gelang, aku beli tas, kacamata dan sabuk.
Aku sengaja motret barang-barang aku.. hehehe
Harga tas ini awalnya Rp.20.000,- ditawar jadi Rp.15.000,-
Kacamata ini murah lho, harga awal Rp.35.000,- turun drastis ditawar secara
'kejam' menjadi harga murah Rp.15.000,- (maruk amat yah?)
Harga sabuk ini cuma Rp.15.000,- kuat dan tahan lama hehehe
Surabi Beras ini sangat enak, apalagi kalo habis belanja sambil makan
surabi. Mantaaap! yap! Gerobak Surabi Beras ini di temukan didepan Plaza
Parahyangan atau di depan Mesjid Raya Bandung.
Surabi
Beras ada berbagai macam variasi sebagai pelengkap yaitu:
- Surabi Beras Oncom
- Surabi Beras Keju
- Surabi Beras Mises
- Surabi Beras Sosis
- Surabi Beras Manis
- Surabi Beras Pisang
- Surabi Beras Telor
Harganya
cuma Rp.3000,-
Aku beli Surabi Beras Oncom dan Surabi Beras Keju. Beuh... enaknya...
hehehe
Ini Surabi Beras Keju
Ini Surabi Beras Oncom, Hot banget,
banyak cabenya.. hehehe
selesai makan surabi bareng, mampir ke Ampera,
yah makan-makan deh hehehe
aku mau mengisi perut biar kenyang, aku pesan :
- Nasi Putih (Wajib Atuh!)
- Ayam Bakar (OMG, nikmatnya hehehehe)
- Tumis Jamur Payung (Yummy)
- Sambel + Lalap[Selada dan Kemanggi] (Fresh & Hot)
- Jus Jambu (I like It!)
- Teh Tawar (Sumpah, panas banget, aku kira teh tawar dingin, walhasil
mulut aku berdower hehehehe)
Wiiih. mantap yah hehehehe
Selesai Makan di Ampera, aku pulang deh
Di dalam Mobil
Aku iseng photo-photo hehehe (Makin Narsis ajah aku!)
Wah senangnya
jalan-jalan ke Bandung hehehehe plus pengalaman seru hehehehe
1 komentar:
artikel menarik
Posting Komentar